Thursday, January 12, 2012

Lima Perenungan bagi Setiap Orang


*Lima Perenungan bagi Setiap Orang**

Ada lima fakta, O para bhikkhu, yang seharusnya sering direnungkan oleh siapa pun -tidak peduli apakah pria atau wanita, perumah-tangga atau bhikkhu. Apakah yang lima itu?"

"Aku pasti menjadi tua; aku tidak dapat menghindari menjadi tua."

"Aku pasti menjadi sakit; aku tidak dapat menghindari menjadi sakit."

"Aku pasti akan mati; aku tidak dapat menghindari kematian."

"Aku akan terpisah dan tercerai dari semua yang kusayangi dan kucintai."

"Aku adalah pemilik perbuatan-perbuatanku sendiri, pewaris perbuatan-perbuatanku sendiri, perbuatan merupakan kandungan (yang dari situ aku muncul), perbuatan adalah keluargaku, perbuatan adalah pelindungku. Apa pun perbuatan yang kulakukan -baik atau buruk- akulah yang akan menjadi pewarisnya."18

Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah-tangga atau bhikkhu, sering merenungkan fakta bahwa mereka pasti menjadi tua dan tidak dapat menghindari menjadi tua?
Ketika masih muda, para makhluk merasa sombong akan kemudaan mereka; dan karena tergila-gila pada kesombongan kemudaan itu, mereka menjalani kehidupan yang jahat di dalam perbuatan, kata-kata dan pikiran.
Tetapi di dalam diri orang yang sering merenungkan kepastian usia tua, kesombongan kemudaan akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.
Untuk alasan yang baik itulah fakta menjadi tua harus sering direnungkan.19

Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah-tangga atau bhikkhu, sering merenungkan fakta bahwa mereka pasti menjadi sakit dan tidak dapat menghindari menjadi sakit?
Ketika masih sehat, para makhluk merasa sombong akan kesehatan mereka; dan karena tergila-gila pada kesombongan kesehatan itu, mereka menjalani kehidupan yang jahat di dalam perbuatan, kata-kata dan pikiran.
Tetapi di dalam diri orang yang sering merenungkan kepastian menjadi sakit, kesombongan kesehatan akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.
Untuk alasan yang baik itulah fakta penyakit harus sering direnungkan.

Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah-tangga atau bhikkhu, sering merenungkan fakta bahwa mereka pasti mati dan tidak dapat menghindari kematian?
Ketika masih hidup, para makhluk merasa sombong akan kehidupan mereka; dan karena tergila-gila pada kesombongan kehidupan itu, mereka menjalani kehidupan yang jahat dalam perbuatan, ucapan dan pikiran.
Tetapi di dalam diri orang yang sering merenungkan kepastian kematian, kesombongan kehidupan akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.
Untuk alasan yang baik itulah fakta kematian harus sering direnungkan.

Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah-tangga atau bhikkhu, sering merenungkan fakta bahwa mereka pasti terpisah dan tercerai dari semua yang disayangi dan dicintai?
Para makhluk mempunyai nafsu yang tinggi terhadap apa yang disayangi dan dicintai; dan karena terbakar oleh nafsu, mereka menjalani kehidupan yang jahat dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran.
Tetapi di dalam diri orang yang sering merenungkan perpisahan dari hal-hal yang disayangi dan dicintai, nafsu yang tinggi terhadap apa yang disayangi dan dicintai akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.
Untuk alasan yang baik itulah perpisahan dari apa yang dicintai harus sering direnungkan.

Untuk alasan yang baik apakah maka seorang pria atau wanita, perumah-tangga atau bhikkhu, sering merenungkan fakta bahwa mereka adalah pemilik perbuatan-perbuatan mereka sendiri, dan bahwa apa pun perbuatan yang mereka lakukan -baik atau buruk- merekalah yang akan menjadi pewarisnya?
Ada makhluk yang menjalani kehidupan yang jahat dalam perbuatan, ucapan dan pikiran. Tetapi di dalam diri orang yang sering merenungkan tanggung jawabnya terhadap perbuatan-perbuatannya sendiri, perilaku jahat seperti itu akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.
Untuk alasan yang baik itulah fakta tanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri harus sering direnungkan.

Para bhikkhu, seorang siswa agung merenungkan demikian: "Aku bukanlah satu-satunya yang pasti menjadi tua, jatuh sakit atau mati. Tetapi di mana pun para makhluk datang dan pergi, mati dan muncul lagi, mereka semuanya terkena usia tua, penyakit dan kematian." Di dalam diri orang yang sering merenungkan fakta-fakta ini, Sang Jalan muncul. Sekarang dia secara tetap mengejar, mengembangkan dan memupuk Sang Jalan itu. Dan sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu itu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasarinya pun lenyap.20

Selanjutnya, seorang siswa agung merenungkan demikian: "Aku bukanlah satu-satunya yang harus terpisah dan tercerai dari apa yang kusayangi dan kucintai; aku bukanlah satu-satunya yang merupakan pemilik dan pewaris perbuatan-perbuatannya sendiri. Tetapi di mana pun makhluk datang dan pergi, mati dan terlahir kembali, semuanya pasti terpisah dan tercerai dari apa yang disayangi dan dicintai; dan semua merupakan pemilik dan pewaris perbuatan-perbuatan mereka." Di dalam diri orang yang sering merenungkan fakta-fakta ini, Sang Jalan muncul. Sekarang dia dengan tetap mengejar, mengembangkan dan memupuk Sang Jalan itu. Dan sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu itu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasarinya pun lenyap.

Para makhluk duniawi merasa muak dengan makhluk-makhluk lain21 Yang memiliki sifat yang sama dengan kita, Dengan mereka yang terkena usia tua dan penyakit, Dengan mereka yang berada di tepi kematian. Karena aku hidup untuk tujuan yang lebih tinggi, tidaklah pantas Bagiku untuk merasa jijik terhadap para makhluk yang pantas dikasihani ini. Sementara berdiam demikian, aku akan mengalahkan Kesombongan akan kesehatan, kemudaan dan kehidupan, Setelah mengetahui keadaan yang bebas dari topangan, Setelah melihat kemantapan di dalam pelepasan.22

Ketika kuarahkan pandangan ke Nibbana, semangat muncul di dalam diriku: "Sekarang tak bisa lagi aku mengejar kesenangan-kesenangan indera! Tidak pernah lagi aku akan berpaling, Kehidupan suci sekarang adalah tujuan tertinggiku."